Minggu, 18 November 2012

Membincang Ruang, Waktu dan Intuisi


Ruang merupakan bagian tak terpisahkan dari filsafat. Ruang diekstensikan dengan bahasa analog, cara mengintensifkan dengan menggunakan bahasa analog atau refleksi, dalam bentuk analog, ruang material, formal dan normative. Ruang juga disebut intuisi. Dari segi normative ruang menurut sang power now (pemilik kekuasaan) yaitu arkaeg, tribal, tradisional feodal, modern dan seterusnya. Setiap yang ada dan mungkin ada adalah ruang, ruang itu sendiri mencakup wadah dan isi. Disebut wadah jika tidak ada isinya, disebut isi jika ada wadahnya. Kemudian  memahami wadah dengan isi, lalu memahami isi dengan wadah. Kita memahami ruang dengan menggunakan intuisi, contohnya geometri adalah intuisi keruangan. Dalam memahami panjang, luas, jauh, dekat, kita tidak perlu mendefinisikannya terlebih dahulu, karena semua orang sudah mengetahui maksudnya apa. Ketika kita dapat memahami sesuatu tanpa dijelaskan melalui definisi atau memahami sesuatu dengan sendirinya secara alami, berarti kita telah memahami sesuatu dengan menggunakan intuisi. Sedangkan, penjelasan melalui definisi  sifatnya fondasionalisme, yaitu memotong dan menganggap tahu yang juga disebut fondasionism. Definisi itu adalah pembatasan karena ada yang membatasi,Memahami ruang dan waktu  itu penting, karena apapun yang ada dan mungkin ada adalah ruang dan waktu, kita mengerti dan memahami sesuatu dalam ruang dan waktu, dan juga kita hidup dalam ruang dan waktu. Kita memahami ruang melalui waktu dan memahami waktu melaui ruang.
Intuisi memiliki peran penting dalam pembelajaran, misalnya pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika menjadi momok dan menakutkan karena gurunya tidak mengerti intuisi,artinya guru hanya mengajarkan definisi-definisi tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami pelajaran menggunakan intuisi. Untuk mengembalikan intuisi yang telah hilang salah satu canya adalah dengan belajar filsafat. Karena filsafat mengajarkan kita untuk memahami sesuatu dengan intuisi. Adapun intuisi itu berdimensi, secara garis besar terbagi 2, yaitu ruang dan waktu. Secara professional, kita juga dapat mendefinisikan intuisi secara aksiomatik sebagai ruang berdimensi n. Namun ruang berdimensi n ini hanya dipahami oleh orang dewasa yang mempelajari matematika, Mempelajari filsafat juga mencakup mempelajari matematika dan mempelajari konsistensi, Dalam pendidikan bila kita dapat membedakan wadah atau kategori, maka hal inilah yang disebut klasifikasi, sedangkan, dalam filsafat disebut  kategori. Karakter matematika adalah terampil menggolong-golongkan, sedangkan karakter filsafat yaitu memahami kategori. Kategori itu adalah ruang, ilmu itu adalah kategori, tiada ilmu tanpa kategori, setiap orang mempunyai ruang dan waktunya masing meliputi yang ada dan mungkin ada.
Dalam dunia pendidikan, matematika ada standarnya, Standar digunakan untuk menyamakan ukuran, misalnya ukuran 1 liter. Sesuatu yang sama dalam matematika itu disebut mathic isomorphism. Sesuatu yang sama meliputi karakter-karakter ruang dan waktu, pikiran,  wadah dan isi yang sama disebut isomorfisme, pikiran yang membangun disebut architek. Ada pola-pola interaksi yang dapat meghubungkan antara ruang yang satu dengan yang lain, selain itu ada juga kegiatan yang melebihi hal itu yaitu kegiatan yang dapat menembus ruang dan waktu. Bila diterapkan dalam hal menyangkut diri kita, yang menembus ruang dan waktu adalah dirimu. Dirimu itu berdimensi, dimensi material yaitu dirimu secara konkret, dimensi formal yaitu tulisanmu, dimensi normatif adalah pikiranmu, sedangkan dimensi spiritual adalah doa-doa amal perbuatanmu, sedangkan doa tergantung dari keikhlasan masing2, itulah doa yang menembus ruang dan waktu. Contoh lain adalah kuliah, secara material kuliah, secara formal apabila nama kita tidak tercantum  dalam daftar hadir akan terhambat menembus ruang dan waktu secara formal atau mendapatkan nilai atau bila karena kuliah kamu melupakan sholat, kamu mengalami hambatan dalam transformasi spiritual dalam dimensi  kuliahmu. Padahal  yang ada dan mungkin ada berupa waktu, bisa berputar, berkelanjutan dan berkesatuan, dan dalam ruang bisa diakumulasikan sebagai ruang berdimensi n. Kita mereflesikan dan merenung. Intuisi bisa diawal dan akhir, intuisi juga dapat dipengaruhi oleh pengalaman.  Intuisi orang berpengalaman berbeda dengan orang-orang yang tidak berpengalaman, spiritual intuisi adalah doa, lalu spiritual doa adalah ketajaman doa. Dalam membincangkan  tentang hal ini, setiap orang bebas mengeluarkan pendapat dan pemikirannya. Ketika belajar filsafat yang penting disini adalah sejauh mana kita dapat menjelaskana tentang pemikiran dan pendapat kita tersebut. 


Nama : Rahmatya Nurmeidina
NIM    : 12709251038
Refleksi kuliah filsafat tanggal 12 November

Tidak ada komentar:

Posting Komentar