Selama mengikuti perkuliahan filsafat ini rasanya benyak hal yang telah kita pelajari dalam filsafat, tapi tentu saja masih banyak pula yang belum kita pelajari. Ketika seseorang ingin mempelajari cabang suatu filsafat misalnya filsafat matematika, lalu muncul sebuah pertanyaan apakah orang yang ingin mempelajari filsafat matematika, harus sempurna matematikanya atau apakah ia juga harus memiliki karya ilmiah tertinggi seperti hadiah nobel? Sepertinya tidak, ketika seseorang ingin mempelajari filsafat bidang ilmu tertentu misalnya matematika. Tidak perlu harus ahli dalam bidang tersebut sampai tahap paripurna, tapi setidaknya ia memiliki ilmu yang cukup untuk berfilsafat, dan tidak juga terlampau sedikit. Namun, ketika seseorang meiliki latar belakang ilmu yang tinggi, tentu hasil filsafatnya akan lebih baik. Namun, dikhawatirkan seseorang yang sudah memiliki latar belakang ilmu yang tinggi, akan sulit fleksibel dalam mereflesikan ilmunya dalam filsafat.
Banyak hal yang perlu
kita refleksikan, meliputi yang ada dan mungkin ada. Berfilsafat menggunakan
metode hidup hermeneutika yang dianalogikan seperti spiral, sehingga hidup akan
mengulang dan terus mengulang. Berfilsafat
itu juga merupakan proses berpikir kritis (kritikal thinking), berfikir memiliki
banyak dimensi dan hubungan dengan aspek lain. Setiap pembahasan dalam filsafat
meliputi ruang-ruang yang didalamnya ada dimensi material, formal, normative,
spiritual, ruang arkaeg, ruang politik, ruang diri, subjektif, universal,
kuantitatif, dan kualitatif.
Selanjutnya, kita
membahas tentang karakter matematika, Fungsi karakter matematika di sekolah yaitu
menumbuhkan kesadaran penggolongan atau klasifikasi matematika, hal ini sejalan
dengan filsafat. Dalam filsafat penggolongan atau klasifikasi itu disebut
kategori. Kategori adalah bagian dari kehidupan, ilmu adalah kategori tanpa kategori kita tidak dapat hidup. Selain
itu kategori juga bagian dari intuisi ruang.
Filsafat dan pendidikan
merupakan dua ilmu yang tak bisa terpisahkan. Agar dapat memperdalam ilmu
pendidikan, sebaiknya seseorang juga mempelajari filsafat. Paul ernest seorang
ilmuan dari ilmu yang netral membuat peta pendidikan, yang terdiri dari lima
dunia. Dunia Kaum Industrialis, Dunia Kaum Konservatif, Dunia Kaum Humanis,
Dunia Kaum Progresif, Education is for All (pendidikan untuk semuanya).
Apabila kaum
industrialis yang menguasai pendidikan, maka pendidikan hanya bertumpu pada
Sesuatu yang keuntungannya terlihat nyata, seperti mengutamakan baca tulis dan
hitung, aspek seni tidak dianggap penting. Padahal pendidikan tidak bisa
seperti itu, apabila itu terjadi maka intuisi dalam matematika akan hilang. Dalam mendefinisikan setiap ilmu dapat dilatarbelakangi
oleh lima dunia yang telah disebutkan diatas. Tiga dunia kaum yang pertama
yaitu Kaum industrialis, Kaum konservatif dan Kaum humanis mendefinisikan
matematika sebagai structure of knowledge, kebanyakan matematicians di dunia
ini mengangap matematika bagian dari industri. Sehingga matematika diajarkan
sebagai pengetahuan yang sarat dengan definisi-definisi. Sehingga kadang
tercipta stigma matematika itu kaku dan tidak bisa bersosialisasi. Sedangkan
dunia yang ketiga dan keempat, Kaum Progresif dan Education for All,
mendefinisikan manusia sebagai kegiatan, bahkan kegiatan sosial. Dengan seperti
itu intuisi matematika pada siswa dapat berkembang dengan baik. Kaum
industrialis, konservatif dan humanis, mengukur pendidikan dalam Ujian Nasional,
sedangkan Kaum progresif dan Education is for all mengukur hasil pendidikan dalam
penilaian fortopolio. Lima dunia ini juga seakan berlomba mempengaruhi latar
belakang kurikulum di Indonesia. Harapannya dunia progresif dan Education for
All lah, yang melatar belakangi kurikulum itu. Sehingga pendidikan tidak hanya
menjadi sesuatu yang berpusat pada segolongan orang saja, tetapi untuk
semuanya, “Pendidikan untuk Semua”. Pendidikan yang baik, tidak bersifat
humanis (berpusat pada manausia), tetapi bersifat Humaniora yang berpusat pada
sifat-sifat manusiawi yang berpusat pada Tuhan.
Refleksi Mata Kuliah Filsafat 26
November 2012
Rahmatya Nurmeidina
12709251038 PM-A 2012