Minggu, 02 Desember 2012

Pemikiran Kritisisme Kant dalam Menjembatani Rasionalisme dan Empirisme


Pikiran manusia akan menyebabkan banyak pertanyaan, karena hakikatnya, tidak semua pertanyaan dapat kita jawab. Tak mudah untuk memahami dan mengerti pikiran manusia, kita tak bisa mengerti, tanpa salah tafsir. Setiap hasil pikiran itu berawal dari prinsip, prinsip itu adalah  kategori, dan kategori itu merupakan intuisi. Ada dua prinsip yang sering digunakan yaitu identitas dan kontradiksi.  Kebenaran dalam waktu yang sama dijamin oleh pengalaman, Imanuel Kant menyatakan bahwa di bagian atas terdapat pikiran rasionalisme dan di bawah adalah pengalaman empirisme. Dengan prinsip ini, pikiran tidak bisa dipisahkan dari pengalaman. 
Aliran rasionalisme dan aliran empirisme merupakan dua aliran yang sangat bertolak belakang. Aliran rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang abadi dan dapat dipercaya adalah akal. Sedangkan pengalaman hanya dapat dipakai untuk mengukuhkan kebenaran pengetahuan yang telah diperoleh melalui akal. Metode yang diterapkan adalah metode deduktif yang sering digunakan pada ilmu pasti. Segenap ilmu pengetahuan haruslah didasarkan atas kapastian-kepastian yang tidak dapat diragukan lagi kebenarannya. Metode seperti ini juga disebut sebagai metode apriori yang secara harafiah berarti berdasarkan hal-hal yang adanya mendahului. Sehingga pengetahuan yang dihasilkan aliran rasionalisme tercermin dalam putusan yang bersifat analitik-Apriori. Putusan ini bersifat pasti, berlaku umum, analitik yang menyatakan bahwa subjek sama dengan predikat, sehingga menjadi identitas. Pengambilan keputusan analitik berdasarkan analisi koherensi. Sedangkan aliran Empirisme berdasarkan atas  metode aposteriori atau hal-hal yang datang atau adanya kemudian. Menurut aliran ini sumber pengetahuan yang memadai adalah pengalaman. Sedangkan akal manusia hanya berfungsi untuk mengatur dan mengolah bahan-bahan yang diperoleh melalui pengalaman. Sehingga pengetahuan yang dihasilkan aliran empirisme tercermin dalam putusan Sintetik-Aposteriori , yang bersifat tidak tetap, subjek tak sama dengan predikat, sehingga menjadi kontradiksi. Pengambilan keputusan sintetik berdasarkan pengalaman atau intuisi.
Untuk menjembatani pandangan-pandangan yang saling bertentangan antara rasionalisme dan empirisisme seperti yang telah disebutkan diatas, Imanuel Kant hadir dengan membawa pemikiran kritisnya. Aliran Kritisisme adalah sebuah teori pengetahuanyang berusaha untuk mempersatukan filsafat rasionalisme dan empirisisme dalam suatu hubungan yang seimbang dan  tidak terpisahkan. Kant mengemukakan bahwa pengetahuan itu seharusnya sintesis apriori, yaitu pengetahuan yang bersumber dari rasio dan empiris yang sekaligus bersifat a priori dan a posteriori. Akal dan pengalaman dibutuhkan secara bersamaan. Kant juga menyatakan bahwa pengetahuan selalu bersifat sintetis. Dengan filsafat kritisnya ia menjelaskan bahwa ada keadaan yang saling mempengaruhi antara subjek pengetahuan dan objek pengetahuan.
Dalam matematika, rasionalisme tercermin dalam Pure Mathematic yang mencerminkan pengetahuan analitik. Dikatakan analitik karena memandang pengetahuan sebagai definisi-definisi yang telah disepakati dalam perjanjian. Misalnya 2+3 = 5, bilangan 2, 3 dan 5 serta tanda = dan + merupakan definisi-definisi abstrak yang sebelumnya kita tidak mengetahuinya, tetapi telah di pelajari sebelumnya. Tetapi, ketika kita tinjau ulang 2+3 bisa menghasilkan 5 jika meniadakan dimensi ruang dan waktu. Contohnya 2 + 3 bisa menghasilkan bukan 5 bila dipandang dalam hal yang lain, misalnya 2 gelas air ditambah 3 gelas air, bila digabungkan dalam 1 tempat air yang besar akan menghasilkan 1. Sehingga sesungguhnya 2+3 itu menghasil sesuatu yang relative, namun kita dapat mengatakan hasilnya 5 jika meniadakan aspek dimensi ruang dan waktu.
Kant menyatakan bahwa 'matematika akan menjadi ilmu jika dia dibangun di atas intuisi ruang dan waktu', artinya matematika tidak bisa dikatan ilmu jika tidak dibangun di atas intuisi, 'matematika akan menjadi ilmu jika dia bersifat sintetik a priori', dalam sintetik apriori kita menggunakan akal budi dan pengalaman indrawi secara serentak, sehingga sintetik apriori kant ini merupakan penengah dari analitik apriori aliran rasionalisme dan sintetik apotreori aliran empirisme. Sedangkan logika murni, belum bisa dikatakan ilmu karena ia hanya bersifat analitik, bukan sintetik, sehingga hanya bisa disebut sebagai apriori saja. Dengan demikian logika murni tidak bisa memberikan informasi,kecuali mengenai konsistensi dirinya sendiri.

Refleksi Mata Kuliah Filsafat 26 November 2012
Rahmatya Nurmeidina
12709251038 PM-A 2012



Minggu, 25 November 2012

Membincang Filsafat dan Pendidikan


           Selama mengikuti perkuliahan filsafat ini rasanya benyak hal yang telah kita pelajari dalam filsafat, tapi tentu saja masih banyak pula yang belum kita pelajari. Ketika seseorang ingin mempelajari cabang suatu filsafat misalnya filsafat matematika, lalu muncul sebuah pertanyaan apakah orang yang ingin mempelajari filsafat matematika, harus sempurna matematikanya atau apakah ia juga harus memiliki karya ilmiah tertinggi seperti hadiah nobel? Sepertinya tidak, ketika seseorang ingin mempelajari filsafat bidang ilmu tertentu misalnya matematika. Tidak perlu harus ahli dalam bidang tersebut sampai tahap paripurna, tapi setidaknya ia memiliki ilmu yang cukup untuk berfilsafat, dan tidak juga terlampau sedikit. Namun, ketika seseorang meiliki latar belakang ilmu yang tinggi, tentu hasil filsafatnya akan lebih baik. Namun, dikhawatirkan seseorang  yang sudah memiliki latar belakang ilmu yang tinggi, akan sulit fleksibel dalam mereflesikan ilmunya dalam filsafat.
Banyak hal yang perlu kita refleksikan, meliputi yang ada dan mungkin ada. Berfilsafat menggunakan metode hidup hermeneutika yang dianalogikan seperti spiral, sehingga hidup akan  mengulang dan terus mengulang. Berfilsafat itu juga merupakan proses berpikir kritis (kritikal thinking), berfikir memiliki banyak dimensi dan hubungan dengan aspek lain. Setiap pembahasan dalam filsafat meliputi ruang-ruang yang didalamnya ada dimensi material, formal, normative, spiritual, ruang arkaeg, ruang politik, ruang diri, subjektif, universal, kuantitatif, dan kualitatif.
Selanjutnya, kita membahas tentang karakter matematika, Fungsi karakter matematika di sekolah yaitu menumbuhkan kesadaran penggolongan atau klasifikasi matematika, hal ini sejalan dengan filsafat. Dalam filsafat penggolongan atau klasifikasi itu disebut kategori. Kategori adalah bagian dari kehidupan, ilmu adalah kategori  tanpa kategori kita tidak dapat hidup. Selain itu kategori juga bagian dari intuisi ruang.
Filsafat dan pendidikan merupakan dua ilmu yang tak bisa terpisahkan. Agar dapat memperdalam ilmu pendidikan, sebaiknya seseorang juga mempelajari filsafat. Paul ernest seorang ilmuan dari ilmu yang netral membuat peta pendidikan, yang terdiri dari lima dunia. Dunia Kaum Industrialis, Dunia Kaum Konservatif, Dunia Kaum Humanis, Dunia Kaum Progresif, Education is for All (pendidikan untuk semuanya).
Apabila kaum industrialis yang menguasai pendidikan, maka pendidikan hanya bertumpu pada Sesuatu yang keuntungannya terlihat nyata, seperti mengutamakan baca tulis dan hitung, aspek seni tidak dianggap penting. Padahal pendidikan tidak bisa seperti itu, apabila itu terjadi maka intuisi dalam matematika akan hilang.  Dalam mendefinisikan setiap ilmu dapat dilatarbelakangi oleh lima dunia yang telah disebutkan diatas. Tiga dunia kaum yang pertama yaitu Kaum industrialis, Kaum konservatif dan Kaum humanis mendefinisikan matematika sebagai structure of knowledge, kebanyakan matematicians di dunia ini mengangap matematika bagian dari industri. Sehingga matematika diajarkan sebagai pengetahuan yang sarat dengan definisi-definisi. Sehingga kadang tercipta stigma matematika itu kaku dan tidak bisa bersosialisasi. Sedangkan dunia yang ketiga dan keempat, Kaum Progresif dan Education for All, mendefinisikan manusia sebagai kegiatan, bahkan kegiatan sosial. Dengan seperti itu intuisi matematika pada siswa dapat berkembang dengan baik. Kaum industrialis, konservatif dan humanis, mengukur pendidikan dalam Ujian Nasional, sedangkan Kaum progresif dan Education is for all mengukur hasil pendidikan dalam penilaian fortopolio. Lima dunia ini juga seakan berlomba mempengaruhi latar belakang kurikulum di Indonesia. Harapannya dunia progresif dan Education for All lah, yang melatar belakangi kurikulum itu. Sehingga pendidikan tidak hanya menjadi sesuatu yang berpusat pada segolongan orang saja, tetapi untuk semuanya, “Pendidikan untuk Semua”. Pendidikan yang baik, tidak bersifat humanis (berpusat pada manausia), tetapi bersifat Humaniora yang berpusat pada sifat-sifat manusiawi yang berpusat pada Tuhan.

Refleksi Mata Kuliah Filsafat 26 November 2012
Rahmatya Nurmeidina
12709251038 PM-A 2012


Minggu, 18 November 2012

Membincang Ruang, Waktu dan Intuisi


Ruang merupakan bagian tak terpisahkan dari filsafat. Ruang diekstensikan dengan bahasa analog, cara mengintensifkan dengan menggunakan bahasa analog atau refleksi, dalam bentuk analog, ruang material, formal dan normative. Ruang juga disebut intuisi. Dari segi normative ruang menurut sang power now (pemilik kekuasaan) yaitu arkaeg, tribal, tradisional feodal, modern dan seterusnya. Setiap yang ada dan mungkin ada adalah ruang, ruang itu sendiri mencakup wadah dan isi. Disebut wadah jika tidak ada isinya, disebut isi jika ada wadahnya. Kemudian  memahami wadah dengan isi, lalu memahami isi dengan wadah. Kita memahami ruang dengan menggunakan intuisi, contohnya geometri adalah intuisi keruangan. Dalam memahami panjang, luas, jauh, dekat, kita tidak perlu mendefinisikannya terlebih dahulu, karena semua orang sudah mengetahui maksudnya apa. Ketika kita dapat memahami sesuatu tanpa dijelaskan melalui definisi atau memahami sesuatu dengan sendirinya secara alami, berarti kita telah memahami sesuatu dengan menggunakan intuisi. Sedangkan, penjelasan melalui definisi  sifatnya fondasionalisme, yaitu memotong dan menganggap tahu yang juga disebut fondasionism. Definisi itu adalah pembatasan karena ada yang membatasi,Memahami ruang dan waktu  itu penting, karena apapun yang ada dan mungkin ada adalah ruang dan waktu, kita mengerti dan memahami sesuatu dalam ruang dan waktu, dan juga kita hidup dalam ruang dan waktu. Kita memahami ruang melalui waktu dan memahami waktu melaui ruang.
Intuisi memiliki peran penting dalam pembelajaran, misalnya pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika menjadi momok dan menakutkan karena gurunya tidak mengerti intuisi,artinya guru hanya mengajarkan definisi-definisi tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami pelajaran menggunakan intuisi. Untuk mengembalikan intuisi yang telah hilang salah satu canya adalah dengan belajar filsafat. Karena filsafat mengajarkan kita untuk memahami sesuatu dengan intuisi. Adapun intuisi itu berdimensi, secara garis besar terbagi 2, yaitu ruang dan waktu. Secara professional, kita juga dapat mendefinisikan intuisi secara aksiomatik sebagai ruang berdimensi n. Namun ruang berdimensi n ini hanya dipahami oleh orang dewasa yang mempelajari matematika, Mempelajari filsafat juga mencakup mempelajari matematika dan mempelajari konsistensi, Dalam pendidikan bila kita dapat membedakan wadah atau kategori, maka hal inilah yang disebut klasifikasi, sedangkan, dalam filsafat disebut  kategori. Karakter matematika adalah terampil menggolong-golongkan, sedangkan karakter filsafat yaitu memahami kategori. Kategori itu adalah ruang, ilmu itu adalah kategori, tiada ilmu tanpa kategori, setiap orang mempunyai ruang dan waktunya masing meliputi yang ada dan mungkin ada.
Dalam dunia pendidikan, matematika ada standarnya, Standar digunakan untuk menyamakan ukuran, misalnya ukuran 1 liter. Sesuatu yang sama dalam matematika itu disebut mathic isomorphism. Sesuatu yang sama meliputi karakter-karakter ruang dan waktu, pikiran,  wadah dan isi yang sama disebut isomorfisme, pikiran yang membangun disebut architek. Ada pola-pola interaksi yang dapat meghubungkan antara ruang yang satu dengan yang lain, selain itu ada juga kegiatan yang melebihi hal itu yaitu kegiatan yang dapat menembus ruang dan waktu. Bila diterapkan dalam hal menyangkut diri kita, yang menembus ruang dan waktu adalah dirimu. Dirimu itu berdimensi, dimensi material yaitu dirimu secara konkret, dimensi formal yaitu tulisanmu, dimensi normatif adalah pikiranmu, sedangkan dimensi spiritual adalah doa-doa amal perbuatanmu, sedangkan doa tergantung dari keikhlasan masing2, itulah doa yang menembus ruang dan waktu. Contoh lain adalah kuliah, secara material kuliah, secara formal apabila nama kita tidak tercantum  dalam daftar hadir akan terhambat menembus ruang dan waktu secara formal atau mendapatkan nilai atau bila karena kuliah kamu melupakan sholat, kamu mengalami hambatan dalam transformasi spiritual dalam dimensi  kuliahmu. Padahal  yang ada dan mungkin ada berupa waktu, bisa berputar, berkelanjutan dan berkesatuan, dan dalam ruang bisa diakumulasikan sebagai ruang berdimensi n. Kita mereflesikan dan merenung. Intuisi bisa diawal dan akhir, intuisi juga dapat dipengaruhi oleh pengalaman.  Intuisi orang berpengalaman berbeda dengan orang-orang yang tidak berpengalaman, spiritual intuisi adalah doa, lalu spiritual doa adalah ketajaman doa. Dalam membincangkan  tentang hal ini, setiap orang bebas mengeluarkan pendapat dan pemikirannya. Ketika belajar filsafat yang penting disini adalah sejauh mana kita dapat menjelaskana tentang pemikiran dan pendapat kita tersebut. 


Nama : Rahmatya Nurmeidina
NIM    : 12709251038
Refleksi kuliah filsafat tanggal 12 November

Senin, 01 Oktober 2012

Aliran-aliran Filsafat dari Masa ke masa


Mata air di puncak gunung tertinggi,mengalir turun ke bawah membentuk sungai-sungai. Sungai-sungai tersebut diumpamakan sebagai filsafat. Sungai-sungai yang mengalir ini diumpamakan sebagai aliran filsafat. Aliran sungai-sungai ini bermuara ke samudera, sehingga samudera ini merupakan kumpulan aliran-aliran sungai. sehingga, samudera ini diumpamakan sebagai pendidikan, sehingga pendidikan dipengaruhi oleh aliran-aliran filsafat yang ada. Sedangkan, ilmu pengetahuan seperti cabang biologi, sosiologi, matematika diumpamakan sebagai pantai yang landai.
            Aliran-aliran filsafat yang paling tua adalah aliran filsafat pada zaman yunani kuno yang dimulai pada abad ke-6 sebelum masehi. Filsuf zaman yunani kuno inlah yang pertama kali mengubah logos menjadi mitos. Mereka mengamati dan memperhatikan gejala alam untuk menemukan sesuatu asas mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya segala gejala. Thales  menyimpulkan air merupakan asas mula dari segala sesuatu, karena air meresapi seluruh benda-benda di jagad raya ini. Sedangkan, Anaximender menyatakan bahwa asas mula bahwa asal mula dari segala sesuatu adalah apeiron yaitu sesuatu yang tidak terbatas. Kemudian, Anaximenes mengatakan bahwa asas segala sesuatu itu adalah udara, karena udara adalah unsur vital kehidupan. Pythagoras mengatakan bahwa asas segala sesuatu dapat diterangkan atas dasar bilangan-bilangan. Kemudian Herakleitos dan Permeneides yang membahah apakah realitas itu berubah, atau tetap. Herakleitos mengungkapkan ‘pantha rhei khai ude menei’ semuanya mengalir dan tidak ada sesutu pun yang tinggal menetap. Sedangkan Parmenides berpandangan sebaliknya, ia menegaskan bahwa realitas itu tetap. Filsuf yang lain, yang sangat berpengaruh adalah Demokritus yang menyatakan bahwa realitas terdiri dari banyak unsur yang disebutnya dengan atom ( atomos, a= tidak, dan tomos = terbagi. Pandangan Demokritus ini merupakan cikal-bakal perkembangan ilmu fisika, kimia dan biologi. Kemudian Socrates  yang lansung menerapkan metode filsafat dalam kehidupan sehari-hari. Metode filsafatnya disebut dialektika yang artinya bercakap-cakap, karena dialog atau wawancara dan pertanyaan-pertanyaannya mempunyai peranan untuk membidani pengetahuan yang terdapat dalam jiwa orang lain. Plato adalah murid Socrates yang meneruskan tradisi dialog dalam berfilsafat. Plato dikenal sebagai filosof dualism, artinya ia meyakini adanya dua kenyataan yang terpisah dan berdiri sendiri, yaitu dunia ide(tetap dan abadi) dan dunia bayangan (dunia yang berubah yamg mencakup benda jasmani). Selanjutnya Plato memiliki murid yang bernama Aristoteles yang mengatakan bahwa tugas utama ilmu pengetahuan ialah mencari penyebab-penyebab objek yang diselidiki. Ajaran metafisika Aristoteoles menyelidiki tentang hakikat ada, ia membedakan ada yang primer dan ada yang sekunder. Sama dengan Plato, ia  juga mengemukakan tentang adanya dua pengetahuan, yaitu pengetahuan indrawi dan pengetahuan akali. Jalan untuk samapai kepada ilmu pengetahuan melalui abstraksi. Sumbangan aristoteles dalam pengetahuan adalah pemikirannya tentang sillogisme yaitu suatu cara untuk menarik kesimpulan dari premis-premis sebelumnya.
            Setelah zaman yunani kuno dilanjutkan dengan Zaman pertengahan yang juga disebut sebagai zaman keemasan bagi kekristenan. Agustinus mendapat pengaruh dari Plato. Filsafat Agustinus merupakan filsafat mengenai keadaan ikut ambil bagian, suatu bentuk Platonisme yang sangat khas. Menurut Agustinus berpikir dan mengasihi berhubungan secara selaras. Tuhan adalah ada sebagai ada , yang bersifat pribadi dan menciptakan seluruh jagad raya secara bebas. Sedangkan Thomas Aquinas mendapat pengaruh dari Aristoteles. Tapi tidak semata-mata merupakan pengulangan dari filsafat Aristoteles, tapi ia juga membuang hal-hal yang tidak pas dengan ajaran kristiani dan menambahkan hal yang baru, sehinngga filsafatnya melahirkan suatu aliran yang bercorak Thomisme.
            Selanjutnya, adalah aliran yang berkembang pada zaman Renaissans. Zaman Renaissans terkenal dengan era kelahiran kembali kebebasan manusia dalam berpikir. Pemikirnya adalah Nicolaus Cope darnicus yang mengemukakan teori Heliosentris, dimana matahari adalah pusat jagad raya. Kemudian, Francis Bacon yang terkenal dengan ungkapannya pengetahuan adalah kekuasaan, ia merupakan perintisfilsafat ilmu pengetahuan.
            Berikutnya, adalah aliran yang berkembang pada zaman modern, wacana filsafat yang menjadi topik utama adalah persoalan epistomologi, yaitu bagaimana manusia memperoleh pengetahuan dan pakah sarana yang digunakan untuk mencapai pengetahuan tersebut. Jika dari zaman yunani kuno samapai zaman Renaissans, aliran dalam filsafat mengikuti nama pencetusnya/tokohnya, sehingga tidak memiliki nama khusus. Pada zaman modern ini, aliran filsafat sangat berkembang sehingga memiliki istilah khusus, seperti aliran Rasionalisme, Empiririsme, Kritisisme, Idealisme, Positivisme dan Marxisme.
Yang pertama adalah Rasionalisme. Aliran ini berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang abadi dan dapat dipercaya adalah akal. Sedangkan pengalaman hanya dapat dipakai untuk mengukuhkan kebenaran pengetahuan yang telah diperoleh melalui akal. Metode yang diterapkan adalah metode deduktif yang sering digunakan pada ilmu pasti. Tokoh aliran ini adlah Rene Descartes, Spinoza dan Le Ibniz. Rene Dercastes memulai metodenya dengan meragu-ragukan segala macam pernyataan kecuali kegiatan meragukan itu sendiri. Segenap ilmu pengetahuan haruslah didasarkan atas kapastian-kepastian yang tidak dapat diragukan lagi kebenarannya. Metode seperti ini juga disebut sebagai metode apriori yang secara harafiah berarti berdasarkan hal-hal yang adanya mendahului.
Aliran selanjutnya adalah aliran Empirisme yang bertolak belakang dengan aliran Rasionalisme, aliran ini berdasarkan atas  metode aposteriori atau hal-hal yang datang atau adanya kemudian. Menurut aliran ini sumber pengetahuan yang memadai adalah pengalaman. Sedangkan akal mnausia hanya berfungsi untuk mengatur dan mengolah bahan-bahan yang diperoleh melalui pengalaman. Aliran ini pertama kali dibawa oleh Francis Bacon yang memperkenalkan metode eksperimen dalam penyelidikan atau penelitian. Filosof yang lainnya adalah Thomas Hobbes yang meyakini bahwa pengenalan atau pengetahuan itu diperoleh dari pengalaman. Sedangkan John Locke lebih terdorong untuk mengemukakan asal mula gagasan manusia,kemudian menentukan fakta-fakta, menguji kepastian dan memeriksa batas-batas pengetahuan manusia. Selanjutnya David Hume juga menegaskan bahwa sumber satu-satunya untuk memperoleh pengetahuan adalah pengalaman, dengan sumber pengamatan, melaui pengamatan ini manusia memperoleh dua hal yaitu kesan-lah kesan dan pengertian-pengertian.
Aliran berikutnya adalah Kritisisme, Immanuel Kant berusaha untuk menjembatani pandangan-pandangan yang saling bertentangan, antara rasionalisme dan empirisisme. Aliran Kritisisme adalah sebuah teori pengetahuanyang berusaha untuk mempersatukan filsafat rasionalisme dan empirisisme dalam suatu hubungan yang seimbang dan  tidak terpisahkan. Kant mengemukakan bahwa pengetahuan itu seharusnya sintesis apriori, yaitu pengetahuan yang bersumber dari rasio dan empiri yang sekaligus bersifat a priori dan a posteriori. Akal dan pengalaman dibutuhkan secara bersamaan. Kant juga menyatakan bahwa pengetahuan selalu bersifat sintetis. Dengan filsafat kritisnya ia menjelaskan bahwa ada keadaan yang saling mempengaruhi antara subjek pengetahuan dan objek pengetahuan.
Aliran selanjutnya adalah aliran idealisme. Para pengikut aliran ini umumnya filsafatnya bersumber dari filsafat kritisme Kant. Tokohnya adalah Hegel, bagi Hegel pikiran adalah essensi dari alam dan alam adalah keseluruhan jiwa yang diobyektifkan. Oleh karena itu menurut Hegel, hukum-hukum pikiran merupakan hukum-hukum realitas. Keyakinan terhadap arti dan pemikiran dalam struktur dunia merupakan intuisi dasar yang menjadi asas idealisme.
Aliran berikutnya adalah Positivisme, tokohnya adalah Auguste Compte. Bagi Compte pengamatan tidak mungkin dilakukan tanpa melakukan penafsiran atas dsar sebuah teori dan pengamatan juga tidak mungkin dilakukan secara terisolasi, dalam arti harus dikaitkan dengan suatu teori. Filsafat ini juga merupakan hal penting dalam pencipta ilmu sosiologi.
Aliran selanjutnya adalah aliran Marxisme, tokohnya adalah Karl Marx. Filsafat ini merupakan perpaduan antara metode dialektika Hegel dan filsafat materialisme Feurbech. Pemikiran Marx menghubungkan ekonomi dengan filsafat.  Filsafat modern juga mengantarkan lahirnya revolusi industri di abad ke 18 dan Negara-negara  kebangsaan, serta ideologi-ideologi dunia seperti liberalism/ kapitalisme dan Socialisme/Komunisme.
Aliran yang terakhir adalah aliran Kontemporer yang berkembang pada abad ke 20 ini. Filsafat yang banyak dikemukakan adalah pemikiran tentang bahasa. Perkembangannya juga ditandai denagan banyaknya muncul aliran-aliran baru atau aliran-aliran yang merupakan kelanjutan aliran yang telah berkembang pada zaman modern, seperti neo-thomisme, neo-marxisme dan sebagainya.
Demikian, sebagian aliran-aliran filsafat yang berkembang sampai saat ini. Pemikiran-pemikiran para filsuf dalam berbagai alirannya ini, sedikit banyaknya telah mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan saat ini, termasuk teori-teori dalam pendidikan.